Akhirnya, dia kembali padaNya,
seperti itulah lika dan liku perjalanan seorang manusia,
kentara sekali, bahwa hidup untuk menunggu mati, tak ada harta yang di bawa,
hanya jiwa berbalut kafan nan putih, hanya amal berbalut ikhlas nan suci.
Soeharto di berbagai mata,
masyarakat banyak amat mengaguminya, wajar saja 32 tahun berkuasa, ada banyak perubahan yang terjadi di negeri ini, pembangunan, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya dan sebagainya.
wajar saja, banyak orang mencintainya, secara, sebagai kepala negara memang haruslah dekat dengan rakyatnya, terlebih lagi, beliau lebih memilih tinggal di cendana ketimbang instana.
didalam dan diluar, dia sangat di pandang... dan kita tau sekali hal itu.
tapi,
bagaimana dengan tuntutan dari beberapa pihak,
politik yang pincang,
umat islam yang terkoyak, disebagian belahan nusantara, di aceh dengan DOM, di lampung, di tanjung priok, orang hilang yang tidak tertemukan, mereka pastinya menuntut keadilan. 'Maaf', mungkin sebagian orang bisa berbesar hati dengan hal itu, tapi, dengan yang lain, kita tak tau. Perkara diterima amal, perhitungan dosa, hanya Allah saja yang tau.
Kita kembalikan saja semuanya padaNya,
kelak hanya kita dan Allah yang tau, dosa dan kesalahan kita, yang jelas, kematian itu pasti akan datang kepada kita, perkara mau mati seperti apa, yang terbaiklah yang harapkan, maka sudah sepantasnya kita "mencintai kematian, seperti kematian mencintai kita",
itu saja.
wallahu a'lam